.

Jumat, 07 September 2018

Makesta Camp IPNU IPPNU Plered Purwakarta 2018

Sejarah IPNU

IPNU adalah singkatan dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, yang didirikan pada tanggal 24 Februari 1954 M / 20 Jumadil Akhir 1373 H di Semarang. IPNU adalah salah satu organisasi di bawah naungan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, tempat berhimpun, wadah komunikasi, wadah aktualisasi dan wadah yang merupakan bagian integral dan potensi generasi muda Indonesia secara utuh.
Oleh karena itu keberadaan IPNU memiliki posisi strategis sebagai wahana kaderisasi pelajar NU sekaligus alat perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai sumberdaya insani yang vital, yang dituntut berkiprah lebih banyak dalam kancah pembangunan bangsa dan negara dewasa ini.
Tujuan IPNU
Terbentuknya putra-putra bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat agama Islam menurut faham Ahlussunah Wal Jamaah yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.selain hal di atas yang harus diketahui oleh warga IPNU adalah :
a.       Aqidah dan Asas IPNU
IPNU beraqidah Islam yang berhaluan Ahlussunah Waljamaah dengan mengikuti salah satu madzhab empat : Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hanbali.
IPNU berasaskan Pancasila.
b.       Sifat dan Fungsi
Dalam Bab III pasal 5 tentang sifat disebutkan bahwa IPNU bersifat keterpelajaran, kekeluargaan, kemasyarakatan dan keagamaan.
Dalam Bab III pasal 6, tentang fungsi disebutkan bahwa fungsi IPNU sebagai :
-        Wadah berhimpun Putra Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan semangat nilai-nilai Nahdliyah.
-         Wadah komunikasi Putra Nahdlatul Ulama untuk menggalang ukhuwah islamiyah.
-         Wadah aktualitas Putra Nahdlatul Ulama dalam pelaksanaan dan pengembangan.
     Wadah kaderisasi Putra Nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan kader-kader bangsa
c.        Lambang IPNU
Dalam bab V pasal 9, tentang lambang IPNU disebutkan :
Lambang organisasi berbentuk bulat,Warna dasar hijau, berlingkar kuning ditepinya dengan diapit 2 lingkaran putih1. Di bagian atas tercantum huruf IPNU dengan 3 garis lurus pendek yang satu di antaranya lebih panjang pada bagian kanan dan kirinya semuanya berwarna putih.
Di bawahnya terdapat bintang Sembilan, lima terletak sejajar yang satu di antaranya lebih besar terletak di tengah dan empat bintang lainnya terletak mengapit membentuk sudut segitiga, semua berwarna kuning. Di antara bintang yang mengapit, terdapat dua kitab dan dua bulu angsa bersilang berwarna putih.
                                        “Lambang IPNU”
      Makna lambang IPNU :
Ø  Lambang organisasi berbentuk bulat, berarti kontinuitas
Ø  Warna dasar hijau tua, berarti subur
Ø  Warna kuning melingkar, berarti hikmah dan cita-cita yang tinggi
Ø  Warna putih yang mengapit warna kuning, berati suci
Ø  Sembilan bintang melambangkan keluarga Nahdlatul Ulama, yaitu: a. Lima bintang di atas yang satu besar di tengah melambangkan Nabi Muhammad, dan empat lainnya di kanan dan kirinya melambangkan khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khotob, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib) b. Empat bintang berada di bawah melambangkan madzhab empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hambali
Ø  Kata IPNU dicantumkam di bagian atas yang menunjukkan nama organisasi
Ø  Tiga titik di antara kata IPNU mewakili slogan Belajar, Berjuang, Bertaqwa
Ø  Enam strip pengapit huruf IPNU, berati rukun iman
Ø  Dua kitab di bawah bintang berati al-Qur`an dan al-hadits
Ø  Dua bulu angsa bersilang di bawah kitab berarti sintesa antara ilmu umum dan ilmu agama
             Sebelum IPNU lahir pada tahun 1954 di Semarang, didahului dengan lahirnya beberapa organisasi serupa di kota-kota besar yang merupakan cikal bakal lahirnya IPNU dikemudian hari yang antara lain :
1.  Tsamratul Mustabidin ( 1939 )
2.  Persono (Persatuan Murid NO, 1941 )
3.  IMUNU (Ikatan Murid NU, 1945 )
4.  Subahul Muslimin di Medan (1945 )
5.  Ijtimatul Tholabiyah di Medan ( 1945 )
6.  Ikatan Mubaligh NU di Semarang ( 1950 )
7.  IPINO ( Ikatan Pelajar Islam NO )
             Pada Kongres LP Ma’arif NU di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H ( 24 Februari 1945 dijadikan hari lahirnya IPNU dengan para pendirinya antara lain :
1.  Tholhah Mansyur ( Jogja )
2.  Sofwan Kholil ( Jogja )
3.  Abdul Aziz ( Jombang)
4.  Abdul Hadi ( Kediri )
5.  Ahmad Budairi ( Malang )
6.  Abdul Ghoni ( Semarang ) dll
             Sejak muktamar NU di Bandung tahun 1967, IPNU menjadi badan otonom NU dan pada Kongres IPNU X yang diselenggarakan di Jombang 29 Januari – 01 Februari 1988 IPNU berubah dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama.
             Sejalan dengan perkembangan politik (Undang-Undang Keormasan No. 8 tahun 1985) dan relevansi dari tuntutan kehidupan masyarakat yang semula IPNU (pelajar) secara esensial perubahan tersebut menuntut adanya gagasan baru yang sejalan dengan gerak organisasi yang secara otomatis telah merubah orientasi IPNU dari Pelajar ke Putra. Perubahan nama tersebut merupakan langkah yang tepat, apalagi mengingat bahwa NU dalam muktamar ke 27 tahun 1984 memutuskan untuk kembali ke khitoh 1926.

HUBUNGAN IPNU DENGAN NU DAN ORMAS LAIN
1.  Hubungan IPNU dengan NU
                Sebagai perangkat dan Badan Otonom NU, secara kelembagaan memiliki kedudukan yang sama / sederajat dengan Badan Otonom lainnya (pasal 13 ayat 4 ART NU).
Sebagai anggota pleno Syuriah ( pasai 14 avat 3 )
Sebagai anggota pleno Tanfidziyah ( pasal 14 ayat 5 )
Sebagai anggota gabungan Syuriah dan Tanfidziyah NU ( pasal 14 ayat 7 )
2.  Hubugannya dengan Badan Otonomi lain
                Dalam upaya mengenergikan Perjuangan misi dan visi NU ke depan, maka IPNU perlu mempercepat kerjasama dan menjalin koordinasi yang baik dengan Badan Otonom lain serta memperjelas posisi IPNU di semua tingkatan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan bidang garapannya masing-masing.
3.  Ekstern
                IPNU adalah bagian dari generasi muda Indonesia yang memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuangan Nahdlatul Ulama serta Cita-cita bangsa Indonesia.
4.  Penutup
                Berangkat dari abstraksi ke-IPNU-an, seperti diuraikan di atas ada beberapa catatan yang harus digarisbawahi, bahwa agar NU tetap eksis akan banyak ditentukan oleh kiprah warga IPNU itu sendiri, sejauh mana IPNU dapat mengaktualisasikan diri dalam berbagai bentuk, baik wawasan, ide maupun keterlibatannya dalam ikut memikirkan dan menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan, yang semuanya itu hanya akan maupun diwujudkan dengan 3 ( tiga ) pilar :
·         Kualitas pengurus (kader)
·         Kualitas organisasi
·         Kualitas program-program kerjanya
Sejarah IPPNU
Ø Berawal dari pesantren
Ø Pendiri (Umroh machfudhoh, Atika Murtadloh, Latifah Hasyim, Romlah dan Basyiroh Saimuri)
Ø Dasar pemikiran :
-         Muktamar NU ke-20 tahun 1954
-         “IPNU adalah satu-satunya pelajar putra NU dan untuk perempuan harus ada organisasi yang terpisah”
-         Konferensi Panca daerah (28 Februari – 5 Maret 1955) Lima cabang IPNU Putri (Surakarta, Malang, Lumajang, Kediri, Yogyakarta)
-         2 Maret 1955/ 8 Rojab 1374 H adalah hari deklarasi IPNU Putri (kelak IPPNU)
Tujuan IPPNU
             Terbentuknya kesempurnaan pelajar putri Indonesia yang bertaqwa, berakhlaqul karimah, berilmu dan berwawasan kebangsaan.
a.  Aqidah dan asas IPPNU
                IPPNU beraqidah Islam menurut faham ahlus sunnah waljamaah dan mengikuti salah satu madzab : Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali
                IPPNU berasaskan Pancasila
b.  Sifat IPPNU
        Organisasi kepelajaran, kemasyarakatan dan keagamaan yang bersifat nirlaba
c.   Fungsi IPPNU
-         Wadah berhimpun pelajar PUTRI NAHDLATUL ULAMA umtuk melanjutkan nilai-nilai dan cita-cita pejuangan NU
-         Wadah komunikasi, interaksi dan integrasi pelajar putri NU untuk menggalang ukuwah islamiyah dan mengembangkan syiar islam ahlussunnah wal jama’ah
-         Wadah kaderisasi NU pada basis pelajar putri untuk mempersiapkan kader-kader bangsa
-         Wadah keilmuan
d.  Makna Lambang IPPNU
                                                                           “Lambang IPPNU”
Makna Lambang IPPNU
-       Warna hijau                 : melambangkan kesuburan serta dinamis
-       Warna putih                : kesucian, kejernihan serta kebersihan
-       Warna kuning              : hikmah yang tinggi/ kejayaan
-       Segitiga                       : Iman, Islam dan Ikhsan
-       2 buah garis tepi mengapit warna kuning       : dua kalimat syahadat
-       Sembilan bintang       : yang diartikan (Nabi Muhammad SAW, 4 bintang sebelah kanan Khulafaur Rosyidin, 4 bintang sebelah kiri 4 madzhab)
-       Dua kitab                    : Al-qur’an dan hadist
-       Dua bulu bersilang      : aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana berfikir
-       Dua bunga melati        : perempuan dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya memadukan dua unsur ilmu umum dan agama
-       Lima titik diantara I.P.P.N.U.  : rukun islam
HUBUNGAN IPPNU DENGAN NAHDLATUL ULAMA
Ø  Intern (dalam lingkungan NU) IPPNU sebagai perangkat / badan otonom NU, secara kelembagaan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan badan-badan otonom lainnya yaitu memiliki tugas utama melaksanakan kebijakan NU, khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Masing-masing badan yang berdiri sendiri itu hanya dapat dibedakan dengan melihat kelompok yang menjadi sasaran dan bidang garapannya masing-masing. Dan bidang garap IPPNU adalah sebagai organisasi pengkaderan awal di NU.
Ø  Ekstern (diluar lingkup NU) IPPNU adalah bagian integral dari generasi muda Indonesia yang memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan NKRI dan merupakan bagian tek terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuangan NU serta cita-cita bangsa
HUBUNGAN IPPNU DENGAN ORGANISASI PELAJAR LAIN
Sesuai dengan sifat organisasi, bahwa IPPNU adalah organisasi ketrpelajaran yang bersifat nirlaba, memiliki target group (kader) usia 12-30 tahun(pelajar, santri, mahasiswi) dan terbatas pada lingkungan NU. Di tingkat sekolah menengah IPPNU dapat menjadi alternatif organisasi baik intra maupun ekstra (tidah harus menggeser OSIS).
Pada pondok pesantren, dapat bekerja sama dengan organisasi santri-santriwati yang ada di pondok pesantren (pada prinsipnya bersaudara dan bermitra / rekan) dan di perguruan tinggi dapat menjadi pilihan dari sekian banyak organisasi kemahasiswaan dengan latar belakang ideologi dan paham agama.

0 komentar:

Posting Komentar